TERBANTU MENGATASI MASALAH SENDI SETELAH HAMPIR LUMPUH

Nama saya Henry, saya bekerja sebagai staf IT di sebuah perusahaan swasta. Saya mau bercerita sedikit tentang pengalaman dua tahun yang lalu yang tidak akan saya lupa seumur hidup saya. Semoga kisah ini bisa membantu orang lain yang mungkin mengalami sakit seperti yang saya alami.

Setelah 10 tahun bekerja di bidang IT tempat saya bekerja sekarang, saya ingat waktu itu di bulan Maret tepat sehari sebelum ulang tahun putri saya, tiba-tiba pinggang sampai lutut saya sakit sekali di kantor. Sampai-sampai saat itu rekan kerja membawa saya ke rumah sakit.

Saya terpaksa dirawat di rumah sakit saat itu, dokter mengatakan saya terkena syaraf kejepit. Saya akui memang pekerjaan saya saat itu sedang sibuk dan banyak deadline yang harus saya kejar, banyak duduk, kadang lupa minum dan kurang bergerak apalagi berolahraga, ditambah stres dan gaya hidup kurang sehat seperti merokok. Memang beberapa bulan sebelum itu saya sempat sakit–sakit pada pinggang, hanya saja saya abaikan karena saya pikir cuma karena kelamaan duduk saja.

Saya langsung lemas ketika itu dokter mengatakan saya harus operasi dan istirahat total. Siapa sangka, waktu untuk merayakan ulang tahun pada putri saya tercinta malah berubah menjadi istirahat total di ranjang. Saya tidak mau operasi saat itu. Saya mencari pendapat lain atau second opinion. Saya semakin bingung dengan pendapat dokter yang berbeda-beda. Saya ke dokter tulang dibilang kena virus. Saya ke dokter syaraf dibilang syaraf kejepit, ke dokter internis saya dibilang stres. Semua obat dari dokter sudah saya minum habis tapi tidak sembuh. Lama-lama kondisi saya makin parah dan sulit bergerak karena seluruh sendi dan ruas tulang sakit semua.

Setelah dua bulan sejak saya sakit, salah satu perwakilan perusahaan pun datang, perusahaan memerlukan realisasi deadline pekerjaan di kantor, saya diminta untuk segera aktif atau dipaksa mengundurkan diri. Saya katakan saat itu tidak memungkinkan bagi saya untuk bekerja dalam kondisi saya seperti tadi. Saya minta waktu sekiranya satu sampai dengan dua minggu lagi, apabila saya masih tidak sembuh maka saya akan tanda tangani surat pengunduran diri.

Saya sempat stres dengan kondisi saya saat itu. Saya harus dalam kondisi sakit dan hampir lumpuh saat saya merayakan ulang tahun putri saya, banyak kerjaan penting yang harus tertunda dan sekarang haruskah saya kehilangan pekerjaan saya?

Tidak lama berselang setelah itu, saya dibawa oleh saudara sepupu saya ke dokter reumatologi di salah satu rumah sakit di Kawasan Grogol Jakarta Barat. Saya divonis terkena rheumatoid arthritis oleh dokter. Dan benar setalah minum obat dokter ini memang sakit saya berkurang jauh. Namun belum menghilangkan rasa sakit saya seluruhnya.

Memang kondisi saya saat itu sudah bisa beraktivitas, hanya saja badan dan sendi saya masih terasa sakit semua. Pada suatu hari, saat saya sedang beristirahat di ranjang sambil melihat-lihat di internet melalui smartphone saya tentang masalah nyeri sendi. Saya menemukan bahwa masalah sendi yang saya alami terjadi karena inflamasi di sekujur badan saya yang disebabkan kelebihan purin dalam darah yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Di salah satu website disana dianjurkan untuk meminum gluxxxxmin.

Memang setelah minum gluxxxxmin itu kondisi saya jauh lebih baik dan saya dapat beraktivitas seperti biasa walau sakit kadang masih saya rasakan di kondisi-kondisi tertentu. Tapi ada hal yang membuat saya agak khawatir dengan gluxxxxmin ini karena gluxxxxmin mengandung glukosa yang sangat beresiko bagi saya yang juga mengidap diabetes tipe 2. Akhirnya saya putuskan untuk menghentikan konsumsi gluxxxxmin. Tidak pakai lama sakit pun langsung kambuh lagi, nyeri di sendi muncul lagi.

Saya pun mencari alternatif untuk produk gluxxxxmin itu dan saya dapatkan produk UC-II® semacam kolagen tipe II yang tidak jenuh dengan bahan dasar dari tulang lunak ayam.

Hasilnya Mengejutkan!

Awal minum sampai 1 minggu awal, saya merasakan mulai ada perubahan. Bagian pinggang dan kaki saya mulai berkurang rasa nyerinya, saya mulai bisa beraktivitas normal seperti saat saya belum sakit. Setelah sebulan, dokter cukup terkejut dengan hasil yang didapatkan, kata dokter bagian yang bermasalah kembali beregenerasi.Namun yang jadi masalah baru adalah produk UC-II® ini SULIT SEKALI DICARI DI INDONESIA. Saya harus titip teman atau saudara kalau mereka sedang keluar negeri atau harus pesan online dari marketplace luar negeri dengan ongkosnya sampai di Indonesia bisa 1 jutaan lebih. Saya tidak berani pesan di marketplace lokal walau banyak yang jual murah yang terkadang tidak masuk akal. Saya sadari banyak produk-produk palsu di pasaran yang mungkin pakai nama dari perusahaan–perusahaan luar. Jangankan suplemen, telur saja sekarang sudah ada palsunya.

Disclaimer: Efek positif yang diterima konsumen kami bisa berbeda-beda, tergantung kondisi fisik & faktor genetik setiap pengguna.

Berita Baiknya Adalah...

Sekitar awal tahun kemarin, Arief teman kantor saya yang ayahnya sedang sakit yang sama dengan yang saya alami, memberi tahu saya kalau sekarang UC-II® sudah dijual di Indonesia dengan nama Yusitu yang diproduksi oleh Imedco Djaja. Ini yang membuat saya berani… Nama besar Imedco Djaja dan saya melihat kalau produk ini sudah tersertifikasi BPOM dan tidak mengandung gula seperti obat untuk masalah sendi yang sejenis. Dan akhirnya saya pun memesan langsung dari situs produsen.

Atasi Dengan YUSITU

Untuk orang yang memiliki permasalahan yang sama dengan saya, saya sangat menganjurkan untuk konsumsi produk YUSITU ini. Anda bisa mengunjungi situs produsen dengan klik tombol di bawah ini..

KLIK DISINI PELAJARI SEKARANG